Langsung ke konten utama

Lembaga Pendidikan Keluarga

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1               Latar Belakang Masalah

Pada saat ini, anak-anak sudah mengenal media yang canggih seperti internet, televisi dan dunia games lainnya. Anak-anak suka bermain dengan hal-hal tersebut. Ternyata semakin maju perkembangan dunia teknologi dan informatika mempunyai dampak tersendiri bagi perkembangan individu dalam pembentukan karakternya. Hal ini sangat memprihatinkan para orang tua karena, kalau salah mengenalkan teknologi ini, anak akan menjadi tak terkendali. Kita lihat saja, setiap pagi atau sore, anak-anak lebih suka menonton film Naruto atau pun kartoon Tom and Jerry. Kebanyakan para orang tua tidak mengetahui dampaknya sehingga sering kita mendengar atau menonton berita yang keluar di televisi tentang anak yang melompat dari tingkat 4 rumah susun. Dengan adanya kejadian itu, maka saya ingin melihat sejauh mana peran keluarga dalam Pendidikan Karakter Anak. Karakter seperti apa yang bisa ditimbulkan oleh pola asuh yang salah.

 

1.2               Rumusan Masalah

1.        Fungsi keluarga ?

2.        Bagaimana peran keluarga dalam membentuk karakter anak ?

3.        Faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan karakter anak ?

 

1.3          Tujuan

Dengan adanya makalah ini, saya berharap agar para orang tua paham akan pendidikan yang baik dalam pembentukan karakter anak-anaknya dan mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan karakter itu. Dan kita sebagai calon orang tua mempunyai wawasan tentang peran keluarga terhadap perkembangan dan pembentukan karakter anak-anak.

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1               Lembaga Pendidikan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan pendikan yg pertama, karna dalam keluarga inilah anak mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Dikatakan juga lingkungan yg utama, karna sebagian besar kehidupan anak adalah didalam keluarga.Sehingga pendidikan yg paling banyak diterima oleh anak adalah didalam keluarga.Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.Sipat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orangtuanya dan dari anggota keluarganya yg lain.

Di dalam pasal 1 UU Perwakilan Nomor 1 tahun 1974, dinyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yg bahagia dan sejahtera, berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. Menurut Pasal 45 ayat 2 UU Perkawinan ini, kewajiban dan tanggung jawab orang tua akan kembali apabila perkawinan antara keduanya putus karena sesuatu hal maka anak ini kembali menjadi tanggung jawab oran tua.

Keluarga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya, disamping itu juga keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yg tertingi.

2.2          Fungsi dan Peranan Keluarga

Fungsi dan peran keluarga, disamping pemerintahan dan masyarakat dalam sisdiknas Indonesia telah terbatas hanya pada pendidikan keluarga saja, akan tetapi keluarga ikut serta bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya. Khususnya untuk pendidikan keluarga terhadap beberapa ketentuan dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang sisdiknas yang menegaskan fungsi dan peranan keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya.

 

 

Pendidikan keluarga merupskan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yg diselenggarakan dalam keluarga dan yg memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan ( pasal 10 ayat 4 ). Dalam penjelasan UU tersebut di tegaskan bahwa pendidikan keluarga itu merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup.

Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yg mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup yg mendukung kehidupan, keterampilan dan sikap hidup yg mendukung kehidupan bermasyarakat berbangsa, dan bernegara kepada anggota keluarga yg bersangkutan (Undang-Undang, 1992: 26).

1.                   Keluarga

Keluarga merupakan pengelompokan primer yg terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang di perluaskan ( disamping inti ada orang lain: kakek/nenek, adik/ ipar, pembantu, dan lain-lain).  Pada umumnya jenis keluarga yg banyak di temui dalam masyarakat Indonesia.

Meskipun ibu merupakan anggota keluarga yg mula-mula paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun pada akhirnya seluruh amggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak .Faktor lain seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahannya, dan sebagainya. Dengan kata lain tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya.

Perkembangan kebutuhandan aspirasi individu maupun masyarakat, menyebakan peran keluarga terhadap pendidikan anak-anaknyajuga mengalami perubahan. Seperti telah dikemukakan bahwa pada mulanya,keluargalah yg terutama berperan baik pada aspek pembudayaan, maupun penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Dengan meningkatnyakebutuhan dan aspirasi anak, maka keluarga pada umumnya tidak mampu memenuhinya.

Oleh karena itu, sebagian dari tujuan pendidikan itu akan dicapai melalui jalur pendidikan sekolah ataupun jalur pendidikan luar sekolah lainnya.Bahkan peran jalur pendidikan sekolah makin lama makin penting.khususnya yg berkaitan dengan aspek pengetahuan dan keterampilan.

Hal ini tidak berarti bahwa keluarga dapat melepaskan diri dari tanggung jawab pendidikan anaknya itu, karena keluarga diharapkan bekerja sama dan mendukung kegiatan pusat pendidikan lainnya( sekolah dan masyarakat).

 

a.                   Pengalaman Pertama Masa Kanak-Kanak

Di dalam keluargalah anak dididk mulai mengenal hidupnya, hal ini harus disadari dan dimengerti oleh tiap keluarga, bahwa anak dilahirakan didalam lingkungan keluarga yg tumbuh berkembang sampai anak melepaskan diri dari ikatan keluarga.

 Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yg merupakan factor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana pendidikan keluarga ini sangat diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa didalam perkembangan individu selanjutnya ditentukan.  

Sebagaimana dikemukakan terdahulu, bahwa pendidikan keluarga adalah yg pertama dan utama. Pertama maksudnya bahwa kehadiran anak di dunia ini disebabkan hubungan kedua orang tuanya. Mengingat orang tua adalah orang dewasa, maka merekalah yg harus bertanggung jawab terhadap anak. Kewajiban orang tua tidak hanya sekedar memelihara eksistensi anak untuk menjadikannya kelak sebagai individu yg tumbuh dan berkembang.

Sedangkan utama, maksudnya adalah bahwa oran tua bertanggung jawab pada pendidikan anak. Hal itu memberikan pengertian bahwa seorang anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, dalam keadaan penuh ketergantungan dengan dengan orang lain , tidak mampu berbuat apa-apa bahkan tidak mampu menolong dirinya sendiri.

 Ia lahir dalam keadaan suci bagaikan meja lilin berwarna putih atau yg lebih dikenal dengan istilah Tabularasa. Didalam isLam jelas tertulis bahwa nabi Muhammad Saw. Bersabda yg berbunyi: “ setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci ,maka orang tuanya lah yg dapat menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”.

Tabularasa adalah sebuah teori yg dikemukakan oleh John Lock, seorang tokoh aliran empirisme, yg menyatakan bahwa anak lahir dalam keadaan suci bagai meja lilin warna putih. Maka lingkunganlah yg akan menentukan ke mana anak itu dibawa.

Oleh karena itu , orang tua berkewajiban memberikan pendidikan pada anaknya dan yg paling utama di mana hubungan oran tua dengan anaknya bersifat alami dan kodrati.

 

b.                  Menjamin Kehidupan Emosional Anak

 

Suasana di dalam keluarga merupakan suasana yg diliputi rasa cinta dan simpati yg sewajarnya, suasana yg aman dan tentram, suasana percaya mempercayai.

 

 Untuk itulah melalui pendidikan keluarga ini, kehidupan emosional atau kebutuhan akan rasa kasih saying dapat dipenuhi atau dapat berkembang dengan baik, hal ini dikarenakan adanya hubungan darah antara pendidik dengan anak didik, sebab oran tua hanya menghadapi sedikit anak didik dan karena hubungan tadi didasarkan atas rasa cinta kasih saying murni.

 

Berdasarkan penelitian terbukti adanya kelainan-kelainan didalam perkembangan pribadi individu yg disebabkan oleh kurang berkembangnya kehidupan emosional ini secara wajar, antara lain sebagai berikut.

1.                  Anak-anak yg sejak kecil dipelihara dengan dirumah yatim piatu, panti asuhan atau rumah sakit, banyak mengalami kelainan-kelainan jiwa seperti menjadi seorang anak yg pemalu, agresif dan lain-lain yg pada mulanya disebabkan karena kurangnya kasih sayang yg sebenarnya merupakan bagian dari rasa emosional anak.

2.                  Banyaknya terjadi tindak kejahatan atau criminal, dari penelitian menunjukkan bahwa tumbuhnya kejahatan tersebut karena kurangnya rasa kasih sayang yg di peroleh anak dari orang tuanya, penyebabnya kesibukan orang tua, suasana yg tidak religious, broken home dan sebagainya.

 

c.                   Menanamkan Dasar Pendidikan Moral

Didalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak, yg biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yg dapat dicontoh anak. Memang biasanya tingkah laku, cara berbuat dan berbicara akan ditiru oleh anak.

Teladan ini melahirkan gejala indentifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang yg ditiru , dan hal ini penting sekali dalam rangka pembentukan kepribadian. Segala nilai yg di senangi anak akan melekat pada orang-orang yg disenangi dan dikaguminya, dan dengan melalui inilah salah satu proses yg di tempuh anak dalam mengenal nilai.

 

d.                  Peletakan  Dasar-Dasar Keagamaan

Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama, disamping sangat menentukan dalam menanamkan dasar dasar moral, yg tak kalah pentingnya adalah berperan besar dalam proses internalisasi dan transpormasi niali-nilai keagamaan  Ke dalam pribadi anak.

 

Masa kanak-kanak adalah masa yg paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama,dalam hal ini tentu saja terjadi dalam keluarga. Anak-anak seharusnya dibiasakan ikut serta ke masjid bersama-sama untuk menjalankan ibadah, mendengarkan khutbah atau ceramah keagamaan.

 

kegiatan seperti ini besar sekali pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Kenyataan membuktikan bahwa anak semasa kecilnya tidak tahu menahu dengan hal-hal  yg berhubungan dengan hidup keagamaan, maka setelah dewasa mereka itu  pun tidak ada perhatian terhadap hidup keagamaan.

 

2.3          Tanggung Jawab Keluarga   

Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya meliputi sebagai berikut:

a.                  Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yg menjiwai hubungan orang tua dan anak. Kasih sayang orang tua yg ikhlas dan murni akan mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab untuk mengorbankan hidupnya dalam memberikan pertolongan kepada anaknya.

b.                  Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi kedudukan oran tua terhadap keturunannya, Ini meliputi nilai-nilai agama dan spiritual. Pada masa anak usia 3 sampai 6 tahun seorang anak memiliki pengalaman agama dan mendalam, serta mudah berakar dalam diri dan kepribadiannya.  

c.                   Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yg pada gilirannya akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan Negara. Tanggung jawab sosial itu merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan yg dibina oleh darah, keturunan dan kesatuan keyakinan.

d.                  Memelihara dan membesarkan anaknya

Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar ia dapat hidup secara berkelanjutan. Disamping itu ia bertanggung jawab dalam hal melindungi dan menjamin kesehatan anaknya, baik secara jasmani dan rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yg dapat membahayakan diri anak tersebut.

e.                  Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yg berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri.

BAB III

PENUTUP

 

 3.1         Kesimpulan

Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah – nature) dan lingkungan (sosialisasi atau pendikan – nurture). Potensi karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini. Meskipun semua pihak bertanggung jawab atas pendidikan karakter calon generasi penerus bangsa (anak-anak), namun keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Untuk membentuk karakter anak keluarga harus memenuhi tiga syarat dasar bagi terbentuknya kepribadian yang baik, yaitu maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental.

Selain itu, jenis pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya juga menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak di rumah. Kesalahan dalam pengasuhan anak di keluarga akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik. Kegagalan keluarga dalam melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, akan mempersulit institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) dalam upaya memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak-anak mereka dalam keluarga.

 

3.2          Saran    

Demikianlah beberapa hal yg perlu di perhatikan sebagai tanggung jawab oran tua         terhadap anaknya, terutama dalam konteks pendidikan. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu di dikembangkan kepada setiap orang tua, sehingga pendidikan yg dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yg dilihat dari orang tua, tapi telah disadari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

http://deahonora.blogspot.co.id/2014/11/makalah-isd-peran-keluarga-dalam_8.html

Prof. Dr. Tirtahardja Umar. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA

Drs. M. Solehuddin, M.Pd., MA. 2000. KONSEP DASAR PENDIDIKAN PRA SEKOLAH.

Hasbullah, 2013. DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN. Jakarta: Pt Rajagrafindo persada

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tari Kreasi Lampung - Tari Bedana Kipas

ragam gerak bedana

Tari Bedana Tari Bedana sebagai salah satu jenis tari tradisional Lampung yang mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung merupakan perwujudan simbolis dari adat istiadat dan agama yang telah menyatu dengan masyarakat Lampung (Taman Budaya Lampung, 2008: 1). Mengenai asal-usul tari Bedana yaitu sebuah tarian yang dibawa oleh orang Arab sekitar tahun 1930 yang kemudian mengajarkan pada tiga orang yaitu Makruf, Amang, dan Kuta. Selanjutnya menyebarluaskan keseluruh persada daerah Lampung. t ari Bedana adalah tari tradisional yang telah berakar serta dirasakan sebagai suatu unsur simbol-simbol tradisi yang sangat luas tentang pandangan hidup serta alam lingkungan yang ramah dan terbuka. t ari Bedana sebuah kesenian rakyat yang akrab serta salah satu nilai budaya yang dapat dijadikan cara dalam menginterprestasikan sesuatu seperti pergaulan, kasih sayang, persaudaraan yang tulus iklas adalah ciri dari tradisional yang tidak akan lepas (Taman Budaya Lampung,

Latihan Sehari Seni Tari Unila Punya suara